LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT
DALAM SUSU KENTAL MANIS
Disusun Oleh :
KELOMPOK
6
Aisyah Legita (11.310.002)
Krendy Triguna Prakoso (11.330.009)
Latifah Zahroh (11.330.010)
Rihcard Aliyus Putra (11.330.022)
Sylvia Putri Amanda (11.330.027)
POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
JURUSAN GIZI
KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2011 / 2012
ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT
DALAM SUSU KENTAL MANIS
Hari, tanggal : Selasa, 03 April 2012
Waktu : pukul 13.00 s/d
selesai
Tempat :
Laboratorium Terpadu
I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar
Belakang
Karbohidrat sangat akrab dengan kehidupan manusia karena merupakan sumber energi utama manusia. Contoh makanan sehari-hari yang mengandung
karbohidrat adalah pada air tebu, sagu, gandum,
jagung, beras, kentang, sayur-sayuran dan lain sebagainya.
Karbohidrat
adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau turunannya. selian itu,
ia juga disusn oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai
oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n.
Rumus itu membuat para ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah
hidrat dari karbon.
Penting
bagi kita untuk lebih banyak mengetahui tentang karbohidrat beserta
reaksi-reaksinya, karena ia sangat
penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya.
Karbohidrat merupakan
senyawa polihidroksiketon atau polihidroksialdehid yang mengandung unsur
karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat sangatlah beragam sifatnya. Salah
satu perbedaan utama antara berbagai tipe karbohidrat adalah tipe molekulnya.
Berbagai senyawa yang termasuk karbohidrat mempunyai berat molekul yang berbeda
yaitu dari senyawa yang sederhana yang mempunyai berat molekul 90 hingga 50.000
bahkan lebih. Berbagai senyawa tersebut digolongkan menjadi tiga golongan
yaitu golongan monosakarida, disakarida dan polisakarida (Fessenden, dkk, 1982).
I.2. Tujuan
1. Memahami sifat-sifat kimia karbohidrat
2. Mengidentifikasi jenis karbohidrat dalam susu
kental manis
3. Menentukan kadar gula
pereduksi pada susu kental manis
4. Menguji susu kental manis dengan metode Luff
Schoorl
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat adalah zat organik utama
yang terdapat dalam tumbuhan. Dan biasanya mewakili 50-75% dari jumlah
bahan kering dalam bahan makanan ternak. Sebagian
besar dapat dalam biji, buah, dan akar. Kelompok karbohidrat yang tersedia adalah
monosakarida (glukosa, fruktosa, manosa), disakarida dan oligosakarida(sukrosa,
laktosa, trehalosa, maltosa) (Anggordi, 1973).
Karbohidrat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu
- Monosakarida
Monosakarida adalah
karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa
atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi
lunak menjado karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana adalah
gliseraldehida dan dihidroksiaseton.
Gliseraldehida disebut
aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus aldehida.
Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan
mempunyai gugus keton. Monosakarida yang terdiri atas empat atom karbon disebut
tetrosa dengan rumus C4H8O4. Eritrosa adalah
contoh aldotetrosa dan eritrulosa adalah suatu ketotetrosa. Pentosa adalah
monosakarida yang mempunyai lima atom karbon. Contoh pentosa adalah ribosa dan
ribulosa. Dari rumusnya kita dapat mengetahui bahwa suatu ketopentosa. Pentosa
dan heksosa (C6H12O6) merupakan monosakarida
yang penting dalam kehidupan.
·
Oligosakarida
Senyawa yang
termasukoligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa molekul
monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain,
membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang lain adalah trisakarida
yaitu yang terdiri atas tiga molekul monosakarida dan tetrasakarida yang
terbentuk dari empat molekul monosakarida. Oligosakarida yang paling banyak
terdapat di alam adalah disakarida (McGilvery&Goldstein, 1996).
- Polisakarida
Pada
umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono
dan oligosakarida, Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul
monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja
disebut homopolisakarida, sedangkan yang menagdung senyawa lain disebut
heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan
tidak berbentuk kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat
mereduksi. Berat molekut polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga
lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan
koloid. beberapa polisakarida yang penting diantaranya adalah amilim, glikogen,
dekstrin dan selulosa.
(Hart, Harold. 1983)
Analisa Kuantitatif
Kadar karbohidrat dalam
berbagai bahan makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara, diantaranya cara
kimiawi, cara fisik, cara enzimatik atau biokimia dan cara kromatografi.
Penentuan karbohidrat yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida
memerlukan pendahuluan yaitu hidrolisis lebih dahulu sehingga diperoleh
monosakarida. Untuk keperluan ini, maka bahan dihidrolisa dengan asam atau
enzim pada suatu keadaan tertentu. Salah satu metode yang dapat digunakan
adalah Luff Schoorl.
Penentuan kadar
karbohidrat pada percobaan dengan metode Luff Schoorl dibagi atas tiga tahapan,
yaitu:
1. Tahap sebelum inversi
2. Tahap setelah inversi lemah
3. Tahap setelah inversi kuat
Pada penentuan
karbohidrat dengan metode Luff Schoorl, yang ditentukan bukan Cu2O
yang mengendap tapi dengan menggunakan CuO dalam larutan yang belum direaksikan
dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan gula
reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan menggunakan titrasi volumetri.
Setelah diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian
dikonsultasikan dengan tabel yang telah tersedia yang menggambarkan hubungan
antara banyaknya Na2S2O3 dengan banyaknya gula
pereduksi. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran
yaitu :
1. Penentuan Cu tereduksi dengan I2
2. Menggunakan prosedur Lae-Eynon
Metode Luff Schoorl
mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan. Hal
ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil
pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.
Monosakarida akan
mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan
CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2
yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena
kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan
kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2)
bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4)
dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida
berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2
yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas
ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3
sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam
air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum,
maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.
Metode Luff Schoorl ini
baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam
penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode
tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.
Persamaan
reaksinya:
R-COH + 2 CuO → Cu2O
(s) + R-COOH (aq)
H2SO4
(aq) + CuO → CuSO4 (aq) + H2O (l)
CuSO4 (aq) +
2 KI (aq) → CuI2 (aq) + K2SO4 (aq)
2 CuI2 ↔ Cu2I2
+ I2
I2 + Na2S2O3
→ Na2S4O6 + NaI
I2 + amilum →
Biru
Penetapan sebelum
inversi dilakukan untuk mengetahui jumlah gula pereduksi yang terdapat dalam
sampel. Penetapan inversi lemah dilakukan untuk mengetahui jumlah disakarida
yang tidak bersifat reduksi seperti sukrosa. Penetapan sesudah inversi kuat
biasanya dilakukan untuk menentukan kadar karbohidrat pada poliskarida.
Karena SKM merupakan
produk yang mengandung non hidrolisa jadi tidak erlu dilakukan pemanasan
setelah ditambahkan HCl.
III.
METODOLOGI
III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
pengujian penetapan kadar air dengan metode oven atau
pemanasan langsung ini dilakukan pada tanggal Selasa 03 April 2012 pada pukul
13.00 WIB s/d selesai.
Tempat
praktikum di Laboratorium Terpadu.
III.2. Bahan dan
Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam uji kualitatif karbohidrat adalah
·
Luff Schoorl: a. 25 g CuSO4.5H2O
dalam 100 ml H2O
b. 50 g asam sitrat dalam 50 ml H2O
c.
388 g Na2CO3.10H2O di 400 ml H2O
mendidih
Campurkan
a, b, dan c. Dilarutkan dalam 1L H2O
·
Na2CO3 10%
·
KI 20%3COOH 3%Larutan KI 20%
·
H2SO4 6 N2 N
·
Na2S2O3 0,1 N
·
HCl pekat
·
Amilum
·
Bromthymol Blue
Alat- alat yang adalah
·
Erlenmeyer 100 ml 500
ml, 250 ml
·
Labu ukur 100 ml
·
Corong
·
BuretBuret
·
Pipet gondok 10 mlml, 25 ml
·
Pipet tetesPipet tetes
·
Kertas saringKerta
III.3. Prosedur Kerja
Pipet 5 ml Susu
Kental Manis (SKM)
Tambahkan H2O
50 ml, masukkan dalam erlenmeyer
Tambahkan 2 ml
HCl pekat, aduk
Tambahkan 3
tetes Bromthymol blue
Tambaahkan Na2CO3
10% sampai berwarna kehijauan
Pindahkan ke
labu takar 100 ml. Tambahkan air sampai tanda batas
Kocok sampai
homogen, saring dan filtrat ditampung
Pipet 5 ml,
tambahkan 35 ml H2O dan 10 ml larutan Luff
Panaskan hingga
mendidih, biarkan 10 menit, dinginkan
Tambahkan 10 ml
KI 20%, 17 ml H2SO4 6 N tetes demi tetes
Titrasi dengan
Na2S2O3 0,1 N menggunakan indikator 2ml amilum 1%
sampai biru hilang
Standarisasi
iodometri
Hitung kadarnya
IV.
Hasil dan Pembahasan
IV.1. Hasil
Volume titrasi :
4,2 ml
Volume standarisasi iodometri : 2,05 ml
Volume total :
6,25 ml
Volume blanko :
11,6 ml
Volume
pengurangan = Volume
blanko-volume total
= 11.6-6,25
=
5,35 ml
Kadar gula pereduksi
= 13,054 %
IV.2. Pembahasan
Pada analisis
kuantitatif, dapat ditentukan kadar karbohidrat yang terkandung dalam suatu
sampel. Banyak cara yang digunakan untuk analisis ini, salah satunya dengan
cara Luff Schoorl. Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff
Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut :
R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O
2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2
+ I2
2 S2O32- + I2
S4O62- + 2 I-
Dalam percobaan
ini, pereaksi Luff Schoorl telah disediakan. Larutan ini terdiri dari larutan
CuSO4.5H2O, larutan asam sitrat, dan larutan Na2C2O3.10H2O.
mula-mula dilakukan titrasi blanko dengan titran larutan Na2C2O3.
Larutan Luff Schoorl ditambahkan aquades dan dipanaskan. Setelah itu
ditambahkan H2SO4 dengan persamaan reaksi:
CuO + H2SO4
→ CuSO4 + H2O
Kemudian ditambahkan KI
membentuk larutan berwarna kuning kecokelatan yang menunjukkan adanya campuran
CuI2, Cu2I2 dan I2. Ketika
ditambahkan indikator amilum, terbentuk larutan berwarna biru ungu yang
merupakan kompleks dari amilum-I2. Selanjutnya dititrasi dengan
larutan Na2S2O3 hingga warna biru hilang. I2
bereaksi dan terbentuk larutan warna putih susu yang merupakan warna dari Cu2I2.
Volume larutan Na2S2O3 yang terpakai dapat
digunakan untuk menentukan berapa kadar karbohidrat yang terkandung didalam
sampel. Volume Na2S2O3 yang terpakai sebanding
dengan banyaknya I2 sisa yang bereaksi dengan karbohidrat.
Jika diketahui berapa sisa I2 yang bereaksi dengan Na2S2O3,
maka dapat ditentukan berapa I2 yang bereaksi dengan karbohidrat
sehingga dapat ditentukan kadar karbohidratnya.
Langkah selanjutnya
adalah penentuan kadar karbohidrat dengan menggunakan larutan Luff Schoor yang
ditambahkan kedalam larutan sampel dan dipanaskan dengan persamaan reaksi:
R-COH + 2CuO → Cu2O
+ R-COOH (merah bata)
Ketika ditambahkan KI,
larutan tidak berwarna cokelat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena I-
tidak bereaksi dangan Cu2+, artinya Cu2+ dalam larutan
telah habis bereaksi dengan sampel. Begitu juga ketika ditetesi amilum, tidak
terdapat warna biru didalam larutan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tidak
ada I2 didalam campuran. Dengan demikian, kadar gula dalam sampel
lebih besar atau sama dengan reagen Luff Schoorl yang dipakai.
Selanjutnya dilakukan
hidrolisis sampel dengan cara melarutkan sampel kedalam air mendiidh yang
berfungsi sebagai pereaksi dalam hidrolisis untuk mempercepat reaksi. Lalu
ditambahkan larutan HCl yang merupakan katalis dan pemberi suasana asam untuk
mempercepat reaksi. Kemudian dinetralkan dengan larutan NaOH sehingga
memungkinkan untuk menguji iodium yang terdapat didalam campuran.
Kadar gula pereduksi
pada SKM adalah 13,054%.
V.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis
kuantitatif dapat disimpulkan bahwa SKM mengandung gula pereduksi, kadarnya 13,054%. Hal ini dipengaruhi oleh
jumlah gula yang terdapat dalam SKM.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Anggordi, R. 1973. Ilmu Makanan Ternak Umum. Institut
Pertanian Bogor Press.
Dahlqvist, A.
1987. Karbohidrat. Dalam:Pengetahuan Gizi Mutakhir:Energi dan Zat-zat
Gizi. RobertE. Olson (Ed). PT.
Gramedia, Jakarta.Fennema, O.R. 1996. Food
Chemistry. 2nd.
Fessenden, Ralph J and
Fessenden, Jean S. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Sudarmaji, Slamet. 2003.
Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar